Bedah Rumah Warga di Sukajaya, KKN Uniga Dipuji Bupati



Cisewu - Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas Negeri Garut (UNIGA) memberikan kesan mendalam pada para warganya. Kontribusi mereka dalam banyak bidang telah memberikan manfaat baik dan luar biasa untuk warga-warga khususnya yang ada di kecamatan Cisewu.

Salah satu yang cukup menarik adalah adanya kegiatan bedah rumah yang dilakukan oleh
Kelompok 26 KKNsukajaya2 Universitas Garut. Mereka secara bahu-membahu membedah rumah warga yang sudah rusak di Kampung Cisalak RT 04/03 Desa Sukajaya, Kecamatan Cisewu.

Salah seorang Mahasiswi peserta KKN Tematik Uniga dari kelompok Desa Sukajaya, Tati Sumarni mengatakan bahwa dia bersama teman -temannya (Yuli Frizkiani L, Pera Setiani, Desi Susilawati R, Ika Siti Rukoyah, Risna Febrianti, Ratna Wulansari, Enur Aipa, Decky Rynaldi, Ihwan Ihpawan, Erza Andika, Ridwan Setiawan, Andri Gunawan dan Sopian Subagja S) ikut ambil bagian membantu renovasi rumah salah seorang warga tersebut.

"Tim KKN sejak awal dilibatkan dalam merencanakan dana, pencairan, pembelian bahan bangunan, hingga selesai rehabilitasi rumah." kata Tati.

Menurut dia, dalam upaya renovasi rumah tersebut seluruh warga turut bergotong royong membantu. "butuh waktu sekitar dua hari untuk membangun rumah warga tersebut. Cepatnya waktu pembangunan," lanjutnya.

Sementara itu, warga yang rumahnya diperbaiki oleh mahasiswa Umban (82), mengucapkan terima kasih atas bantuan perbaikan rumah yang diberikan tersebut.

“Rumah saya sudah mau ambruk, dinding dan gentengnya sudah mau roboh. Terima kasih kepada mahasiswa yang sudah peduli,” ucap umban.

Aksi bantuan bedah rumah yang dilakukan oleh mahasiswa uniga tersebut kemudian mendapatkan apresiasi dari Bupati Garut, H Rudy Gunawan SH MH. Bupati mengaku sangat senang mahasiswa Uniga memiliki program bedah rumah ini.

“Apalagi saya dengar sampai berinisiatif menggalang dana untuk membantu merehabilitasi rumah yang tidak mendapat bantuan dari pemerintah,” kata Bupati seperti dilansir HarianGarut (10/02/19).

Menurut dia, Kabupaten Garut masih butuh inovasi dan sentuhan-sentuhan dari mahasiswa seperti itu. (wdy)

0 Suka Share

Desa Cisewu Kembangkan Budidaya Lada (Pedes)


Cisewu.com - Cisewu memiliki tanaman khas unggulan yang menjadi ciri khas dan dominan ditanam oleh warganya. Sebut saja ada kapol, nilam, cengkeh, lada dan juga tanaman yang lainnya.

Belum lama ini ada sebuah video yang diupload oleh channel YouTube Cerita Desa dengan judul 'Merica Khas Desa Cisewu'. Dalam video tersebut, Kepala Desa Cisewu Bpk Udan Rukmana menyampaikan bahwa salah satu potensi ekonomi di desanya adalah pengembangan budidaya merita (pedes).

"Untuk pengembangan ekonomi kedepannya khusus di merica lumayan menjanjikan" katanya dala video tersebut.

Melihat potensi tersebut, Beliau mengatakan bahwa pihaknya akan meningkatkan potensi budidaya tersebut lewat kelompok tani (Poktan). Dia juga Berharap kedepannya banyak masyarakat yang tertarik untuk menanam pohon merica ini.

"Nah harapan kami kedepan, seluruh lapisan warga khusus di desa cisewu menanam atau bisa mengembangkan pohon merica ini" tambahnya.

Sebagai bentuk keseriusan dalam pengembangan budidaya ini, bahkan dia mengaku bahwa sudah dialokasikan dana desa khusus.

"Kami sudah usulkan pengalokasian dana desa untuk pengembangan merica ini" tegasnya.
Sementara itu, salah seorang warga yang membudidayakan tersebut Yudianaf mengatakan bahwa budidaya ini diharapkan bisa mendongkrak perekonomian di wilayah cisewu khususnya. Dia mengajak seluruh warga untuk ikut berpartisipasi mengembangkan budidaya lada tersebut.

"Cara menanam lada ini di daerah kami sangat cocok, karena datarannya dataran rendah, dan pemeliharaannya tidak begitu sulit" katanya.

Dia juga berharap bantuan dari pemerintah khususnya dalam inovasi pengembangannya karena jika serius ini bisa menjadi salah satu upaya untuk menciptakan lapangan pekerjaan baru untuk masyarakat sekitar.

“Inovasi kedepannya mungkin dari pemerintah juga turut membantu” ucapnya.
Tonton videonya: https://www.youtube.com/watch?v=QedVZnSYw8M
(wdy)

0 Suka Share

Curug Anjing, Potensi Wisata Tersembunyi di Piket Desa Cisewu



Cisewu.com - Cisewu kaya akan keindahan alam yang sangat luar biasa. Namun sayang objek -objek keindahan alam itu belum banyak terjamah. Hanya warga sekitar saja yang sering mengunjungi lokasi-lokasi itu.

Sekarang kita sudah memasuki jaman dan era digital, dan sudah saatnya kita coba untuk mengenalkan objek-objek tersembunyi itu ke publik. Tak harus ke publik internasional, setidaknya kita warga cisewu bisa mengenal dan mengetahuinya, akan lebih baik jika mau berkunjung dan coba mengenalkannya kembali.

Nah belum lama ini,  kita kedatangan mahasiswa dari Universitas Garut yang tengah melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik. Sangat luar biasa sekali, mereka coba untuk melakukan eksplorasi potensi wilayah dimana dia di tempatkan. Di setiap desa, ada dua kelompok yang ditempatkan, kontribusi mereka sangat nyata.

Mengenalkan objek wisata tersembunyi di cisewu salah satunya dilakukan oleh peserta KKN Tematik Universitas Garut 2019 Kelompok 18 Cisewu 2. Para peserta KKN itu mengunjungi salah satu objek wisata tersembunyi berupa curug yang tepatnya ada di Kampung Piket RW.03 Desa Cisewu Kecamatan Cisewu Kabupaten Garut Jawa Barat.

Para peserta melakukan kunjungi ke curug tersebut dengan ditemani oleh Ibu RW dan Ibu RT serta anak-anak setempat pada Minggu, 27 Januari 2019 lalu.  Akses perjalanan menuju ke lokasi memang sangat terjal sekali dan curam. Namun semua itu terbayar karena di sepanjang jalan mereka disuguhi dengan keindahan alam serta kondisi hutan yang masih sangat asri.

Tak hanya itu, mereka juga bisa menikmati keiindahan hamparan pemandangan termasuk sawah yang tengah menghijau dari atas pegunungan. Udara yang sejuk dan segar menjadi pengobat dan penyemangat untuk mereka tetap melanjutkan perjalan sampai ke lokasi curug.

Sesampainya di lokasi curug, mereka menemukan pemandangan air jatuh darii ketinggian yang didukung dengan kondisi alam yang sejuk. Mereka kemudian berfoto bareng di bawah air terjun tersebut untuk mengabadikan momen yang tak terlupakan.

Curug ini memang layak untuk kiita promosikan sebagai objek wisata yang potensial. Bagi kamu warga cisewu yang sedang pusing banyak pikiran, yuuk berkunjung kesinii..
Thanks teman –teman kkn uniga 2019.

0 Suka Share

Gunung Tumpeng Terkenal Karena Keangkerannya


Cikarang - Gunung tumpeng berada di kawasan Pasereuhan, Cikarang, Kecamatan Cisewu, Kabupaten Garut. Tumpeng adalah sajian nasi berbentuk kerucut dalam istilah adat sunda. Gunung Tumpeng sangat mudah dikenali karena bentuknya yang sangat menonjol dibanding dataran sekitarnya.

"Iya memang tinggi sekali. Luasnya bisa sampai 1hektar" Ujar Pak Herman, sekdes Cikarang.

Di hadapan gunung ini ke arah barat, mengalir Sungai Ci Laki yang bersumber dari pegunungan di selatan Bandung. Sungai yang menjadi salah satu nama jalan di kota Bandung dan menjadi batas dua kabupaten, Garut dan Cianjur, ini seakan disaksikan Gunung Tumpeng mengalir ke laut Selatan.

Konon pada zaman dulu, Gunung Tumpeng ini terkenal dengan keangkerannya yang memiliki aura mistis, karena banyak yang menyebutkan bahwa pasangan gunung tumpeng tersebut adalah Gunung Dangur.

Gunung Dangur sendiri dulunya adalah tempat persembunyian orang-orang pada zaman penjajahan Belanda. Dangur merupakan sebuah kawasan  yang terabaikan atau terlupakan yang dulunya bukan perkampungan melainkan sebuah hutan subur dan masih subur sampai sekarang walau sudah terbagi-bagi menjadi beberapa kawasan.

Namun hal tersebut tidak menjadi masalah bagi masyarakat sekitar, karena sejarah tersebut turun temurun dari orang tua terdahulu, dan hal ini adalah cerita rakyat yang terus berkembang.

Gunung Tumpeng memiliki keindahan yang begitu menawan bagi siapa saja yang melihatnya. Di atas Gunung Tumpeng hanya ada lempengan-lempengan batu dan pepohohan yang rimbun. Terlepas dari cerita kemistisannya, sekarang Gunung Tumpeng menjadi momentum Desa Cikarang, Kecamatan Cisewu.

Kami mengunjungi daerah ini berhubungan dengan adanya kegitan KKN Tematik Universitas Garut dan kebetulan kami ditempatkan di Desa Cikarang, Kecamatan Cisewu.

Apabila kawan semua penasaran ingin melihat Gunung Tumpeng ini, langsung saja berkunjung ke Kp. Pasereuhan, Desa Cikarang, Kecamatan Cisewu, Garut.

Note: Tulisan ini dikirim oleh salah seorang mahasiswa universitas garut (UNIGA) yang saat ini tengah melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di daerah Cikarang

0 Suka Share

Jalan Karangsewu Rusak Parah Padahal Bupati Sempat Singgah



Cisewu - Jalan menuju Desa Karangsewu, Kecamatan Cisewu, Kabupaten Garut rusak parah. Batu-batu besar berserakan hampir di sepanjang jalan, kubangan air bercampur lumpur sisa hujan selama beberapa pekan  terakhir. juga masih tergenang. Pemandangan ini terlihat jelas di sepanjang jalan di Desa Karangsewu, Selasa (25/12)

Kondisi kerusakan di sebagian besar kawasan ini hampir merata khususnya di jalan-jalan pelosok. Hal ini diperparah dengan kultur tanah yang berbukit yang menyebabkan laju kendaraan semakin sulit. Keadaan ini lebih menghkhawatirkan dibandingkan dengan jalan yang ada di wilayah kecamatan karangsewu.

Kerusakan parah terjadi sekitar 8 tahun terakhir. karena sejak 2002 hingga sekarang tak ada sentuhan perbaikan sama sekali, permukaan jalan kian tidak rata sehingga dengan otomatis mempersulit  akses transportasi darat pengendara yang melintas.

Terkait jalan rusak, pihak desa sudah sering melaporkan ke pemerintah terkait, namun sampai saat ini pemerintah seolah tutup mata akan permasalahan ini. Bahkan pada tahun 2014 Bupati Garut sempat singgah di Desa karangsewu dan menjanjikan dalam pidatonya bahwa siap melakukan pengaspalan jalan pada tahun 2017.  Namun hingga pengujung tahun 2018 ini belum ada bukti nyata yang dilakukan oleh pemerintah Kab. Garut

Akibat kerusakan akses jalan yang parah ini, warga harus menempuh perjalanan sekitar 8 jam dari Garut Kota. Tidak hanya soal jalan yang rusak, penerangan jalan pun sangat kurang sehingga tidak memungkinkan warga untuk bisa melewati jalur tersebut pada malam hari keadaan ini di perparah lagi dengan sinyal jaringan telekomunikasi yang juga sulit terkoneksi di Desa tersebut.

Jalan tersebut merupakan jalan alternative wisata cisewu-rancabuaya yang melewati 3 Desa yaitu Desa Panggalih, Desa Karangsewu dan Desa Samudra Jaya. Semua jalan di 3 Desa tersebut rusak parah. Padahal jalan tersebut merupakan jalan alternative terdekat menuju wisata rancabuaya, khususnya dari arah bandung.

 “Kapan pemerataan pembangunan akan kami rasakan? Pemerintah kabupaten dan provinsi cobalah membuka mata, lihatlah daerah pelosok-pelosok. Jangan saling menyalahkan ini jalan desa lah, jalan kabupaten lah, jalan provinsi lah. Kami sebagai masyarakat tidak membutuhkan argument lagi, hanya bukti nyata yang kami butuhkan  saat ini setelah sekian lama menunggu janji…,” Ungkap Kepala Dusun Karangsewu, Asep Irawan.

Sumber: lppm.uniga.ac.id berikut link-nya https://lppm.uniga.ac.id/2019/01/10/nasib-jalan-karangsewu-yang-terabaikan-warga-kami-butuh-bukti/

0 Suka Share

Awal Mula Lahirnya Seni 'Gegel Jubleg' Cisewu



Cisewu - Cisewu memiliki tradisi seni yang cukup unik, menarik dan bahkan populer. Bahkan tradisi ini 'mendunia' karena tak ditemukan di daerah-daerah lain di indonesia ataupun di dunia. Tradisi yang dimaksud adalah seni atraksi 'Gegel Jubleg' yang saat ini kembali ramai karena masih dilestarikan.

Seni Gegel Jubleg merupakan atraksi multiseni yang menonjolkan kepiawaian pemain menjadikan alat penumpuk padi tunggal, lesung atau jubleg yang terbuat dari bahan kayu sebagai topeng, dan topi. Jubleg itu digigit dalam waktu cukup lama disertai pamirig atau musik pengiring. Ditambahi seni Reog, angklung, serta kendang pencak untuk menyemarakkannya.

Menggigit jubleg dan memainkannya cukup lama, tak bisa dilakukan sembarang orang, melainkan mesti yang sudah terlatih dan memiliki keahlian teknis. Sehingga tak jarang, pementasan seni Gegel Jubleg bercampur dengan atraksi seni Gesrek atau Debus.

Sayangnya, atraksi seni ini mulai jarang tampil dalam pementasan hiburan. Sehingga tak heran ketika seni yang dicoba dilestarikan kelompok seni “Giri Mekar Sewu” itu ditampilkan pada Helaran Gebyar Budaya Garut lalu cukup mengagetkan dan mengundang antusias penonton. Tak banyak orang mengetahui adanya kesenian tersebut.

“Untuk memainkan Gegel Jubleg ini memang perlu keahlian khusus. Tidak gampang mengangkat beban jubleg yang beratnya sampai 25 kilogram. Apalagi digoyang-goyang sambil berjalan-jalan,” kata penggerak seni tradisi karuhun Kecamatan Cisewu, Gun Gun Nugraha, belum lama ini.

Awal Mula Lahirnya Seni 'Gegel Jubleg'
Dia menuturkan, seni Gegel Jubleg terlahir secara tak sengaja. Kesenian ini tak terlepas dari pengalaman hidup seniman perintis kelompok seni Giri Mekar Sewu, yakni Abah Ukri pada masa sebelum kemerdekaan.

Pada suatu waktu, Bah Ukri pergi ke hutan hendak mengambil kayu bakar yang disimpannya sementara di sana beberapa hari sebelumnya. Tiba di sana, dia kaget melihat seekor babi berukuran besar melintasi jalan setapak, lalu masuk hutan sambil mengangkat dan membawa-bawa sebatang kayu berukuran cukup besar dengan cara digigitnya.

Peristiwa tersebut menginspirasi Bah Ukri mencoba menciptakan jenis seni tradisi baru yang atraktif dan fenomenal. Melalui berbagai percobaan, terciptalah jenis kesenian tradisional baru yang kini disebut seni Gegel Jubleg.

Gun Gun menyebutkan, terdapat pula cerita lain bila lahirnya seni Gegel Jubleg tak terlepas dari upaya masyarakat Cisewu untuk menakut-nakuti penjajah.

“Jubleg saja yang begitu berat dan keras sanggup diangkat dengan digigit, apalagi kalau yang digigitnya manusia. Penjajah kan jadi takut,” kata Gun Gun.

Menurutnya, Bah Ukri menciptakan seni Gegel Jubleg dalam upayanya menggali potensi kesenian di kalangan pemuda ketika masa penjajahan. Ketika itu Bah Ukri sempat membentuk sebuah kelompok seni tradisi Sunda Panca Warna. Gabungan multikesenian meliputi seni rengkong, reog, angklung, calung, debus, dan kuda lumping.

Sayangnya, perkembangan seni Gegel Jubleg timbul tenggelam. Pernah menapaki masa kejayaan pada 1990-an, namun kemudian lenyap bersamaan dengan sejumlah jenis seni tradisi Sunda lainnya.
Baru pada 2011-an, seni Gegel Jubleg kembali tampil mewarnai jagat kesenian tradisional di Garut. Kendati kesempatan pementasannya masih sangat terbatas dalam event-event tertentu.

Sumber: inilahkoran
----------------------------
Ritual Khusus Sebelum Pertunjukan / Atraksi
Hal senada juga diungkapkan oleh sejarawan Garut Warjita, menurutnya Tidak sembarang orang bisa menggigit jubleg yang beratnya puluhan kilogram itu, apalagi yang bisa melakukannya sembari menari seperti apa yang para pemain Gegel Jubleg lakukan. Hanya orang-orang terlatih yang dapat melakukannya.

"Itu salah satu ciri khas Garut, salah satu kesenian tradisional yang ada di Garut. Memang dalam permainannya itu sangat ekstrem. Bisa menampilkan hal yang di luar nalar," ungkapnya.

Setiap kali akan beraksi, para sesepuh pegiat kesenian tersebut akan melakukan ritual untuk memberi kekuatan pada para pemain. Para pemain itu terdiri dari laki-laki dan perempuan dewasa yang sudah terlatih.

"Tidak lepas dari mistis. Tapi para pemain itu melakukan latihan-latihan," katanya.
Seni ini dipercaya sudah ada sejak zaman kolonial Belanda dahulu. Menurut cerita yang berkembang di masyarakat Garut, seni tersebut awalnya dimainkan untuk menakut-nakuti para penjajah yang masuk ke wilayah Cisewu.

Dengan memperlihatkan kekuatannya, para penduduk Cisewu kala itu berharap dapat membuat para penjajah ketakutan dan mengusirnya dari wilayah mereka.

"Jadi intinya itu memperlihatkan kekuatan dan kekebalan awalnya. Maka kesenian ini sering dicampur dengan seni ekstrem lainnya seperti gesrek (kesenain Garut), ucap Warjita.

Sumber: detik.com

0 Suka Share